HALAMAN

02 February, 2010

KISAH SI ULAT

Dikisahkan pada jaman dahulu kala, dalam sebuah hutan hiduplah Seekor Ulat, oleh penghuni hutan ia dijuluki “Si Benalu” karena hidupnya hanya memakan daun-daun tanaman yang ada di hutan dan bentuknya yang tidak menarik membuat para penghuni hutan enggan untuk mendekatinya, mereka menganggap Ulat sebagai binatang yang tidak berguna, menjijikkan, benalu yang hanya menggerogoti dedaunan, dan banyak lagi persepsi tentang Si Ulat. bermacam ejekan yang diterima dari teman-temannya membuat ia lebih memilih menghindar dari pergaulan dan keramaian. Karena ia tak kuasa menahan jeritan hati ketika mendengar celotehan pedas mereka. Namun begitu ia tetap sabar menghadapi keadaan yang semakin membuatnya menjadi  bahan cemoohan penghuni hutan.

Suatu ketika Si Ulat bertemu dengan Burung Pipit dan Cacing. Mereka berdua mulai membanggakan diri dihadapan Si Ulat. Burung Pipit berkata”Hei cacing kamu tau..Aku bangga menjadi seekor burung, dengan kedua sayap yang  kumiliki ini aku dapat mengelilingi hutan ini tanpa harus bersusah payah melompat atau berjalan, juga melata. Dengan sayap aku merasa hidupku lengkap, aku dapat melakukan apapun sesuka hati, berkeliling hanya dalam hitungan detik.” Kata burung pipit sambil membusungkan badannya. Lain halnya dengan burung pipit, cacingpun tidak mau kalah untuk menunjukan kelebihan yang ia miliki, “…meskipun aku hanya seekor cacing yang tidak memiliki sayap, tapi aku tidak seperti ulat yang selama hidupnya hanya bisa  menghabisi daun-daun yang ada di hutan ini. Hidupku sangat berguna untuk kehidupan  para tumbuhan. Aku dapat menggemburkan tanah sehingga subur seperti yang kalian lihat  sekarang ini, tanpa aku kalian akan bayangkan betapa lama menunggu musim hujan datang hanya untuk membasahi tanah dan membuatnnya gembur dan subur...”

Melihat kedua temannya membanggakan diri, ulat  hanya bisa menghela nafas panjang. Dalam hatinya berkata “sabar…sabaaar…..aku yakin Tuhan menciptakan sesuatu pasti ada manfaat dibalik itu semua.” Ditengah asyiknya mereka mengejek Si Ulat, tak lama kemudian terlihat Rajawali terbang di atas kepala mereka dan langsung menukik tajam menuju arah burung pipit. Sontak saja Ketiga binatang itu berhamburan. Namun na’as nasib si burung pipit, belum lagi sempat mengepakan sayapnya, Rajawali telah lebih dulu mencengkram tubuh burung pipit dengan kuat. Apa daya burung pipit tak memiliki tenaga yang cukup untuk dapat menandingi kekuatan Sang Rajawali sehingga akhirnya ia menjadi sandera untuk santapannya hari itu. Sementara cacing dan ulat hanya bisa melihat dari kejauhan dan tak dapat berbuat apapun.

Belum habis terperangahnya mereka berdua dengan peristiwa “penculikan” burung pipit, muncul sekawanan gajah yang berlarian. Entah  apa yang membuat mereka merasa ketakutan seperti itu, keadaan yang semakin kacau membuat Si Ulat mengambil langkah seribu. Karena temannya cacing telah lebih dulu mengambil sikap dengan menggali tanah untuk menghindari kawanan gajah. Tapi na’as juga terhadap si cacing ternyata di tengah kesibukannya, sehingga tak sempat melihat bahwa bahaya sedang menghadang di depan. Seekor gajah tiba-tiba menginjak tubuhnya hingga remuk redam. Ulat lekas naik ke batang pohon yang tinggi dan bersembunyi di balik dedaunan. Tanpa sadar ia telah membuat lilitan menyerupai benang yang menutupi sekujur tubuhnya. Dan berdo’a lah si Ulat meminta keselamatan dari mara bahaya yang menghampirinya. “Ya Allah. Lindungilah aku dari marabahaya yang menghampiriku, dan mereka yang hendak menzalimi aku, dan mohon jadikan aku indah pada waktunya”. Setelah itu Ulat tak sadarkan diri karena terlalu lelah akibat peristiwa tadi.

Berhari-hari Ulat terbungkus dalam lilitan yang ia buat untuk bersembunyi dari kawanan gajah, Namun si Ulat belum juga sadarkan diri. Dan ketika terbangun dari tidur panjangnya ia terkejut, “apa yang terjadi padaku? Kenapa aku berubah seperti ini? Tubuhku…ini bukan tubuhku..kenapa aku? Apakah aku bermimpi??”.. ulat terkejut karena setelah tersadar dari tidur yang panjang, tubuhnya telah berubah menjadi seekor kupu-kupu. Masih belum lenyap perasaan terkejut si ulat, datanglah peri kecil …”Ulat, aku datang untuk menjelaskan semuanya, masih ingat kau pernah berdo’a sebelum tidur panjangmu?”
“Iya Peri…seingatku memang aku berdo’a memohon 3 permintaan kepada Allah karena aku tidak tau harus memohon perlindungan kepada siapa lagi ketika semua penghuni hutan mengolok-olok aku dan ketika bahaya tengah menghadangku”
 Nah..do’amu di terima Allah, inilah buah dari kesabaran yang telah kau tanam selama ini.”
“Kau telah menjadi seekor kupu-kupu bersayap indah, dan kini kau dapat bebas terbang kemanapun kau pergi,maka pergunakanlah apa yang kau miliki saat ini untuk kebaikan. Dan ingatlah untuk tidak Angkuh setelah kau memiliki semuanya,karena pancaran keindahanmu akan menghilang manakala kau miliki sifat angkuh.”

Sejak saat itu ulat tidak lagi mendapatkan ejekan dari penghuni hutan, hidupnya bahkan bermanfaat untuk setiap tumbuhan di hutan itu. Meskipun sayapnya lemah, ia sangat mensyukuri pemberian-Nya, karena kini ia dapat terbang bebas mencari bunga-bunga yang sedang kembang, tidak lagi bergantung pada daun-daun , dan bukan lagi “benalu” seperti yang julukan para penghuni hutan…..



Nilai moral yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:

1.       kita harus dapat mensyukuri apapun keadaan kita saat ini karena masing-masing makhluk diciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan, akan tetapi bagaimana cara kita menyikapi kekurangan sebagai bentuk lain dari pemberian Allah supaya kita tidak tinggi hati terhadap kelebihan yang kita miliki.
2.      Mintalah hanya kepada Allah, karena apapun keadaan kita, Allah Maha Melihat, Allah tidak tidur, Allah Maha Memeberi dan Maha Penyayang.
























No comments:

Post a Comment

" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "