Minggu , Juni 2011
Waduuhhh…. KESIANGAAAN!!! Samar –
samar kulihat jam dinding menunjukan pukul 06.20 WIB kenikmatan dunia yang
begitu mempesona dalam ranjang empuk dengan improvisasi menguap gaya Pak Ogah
dalam film boneka si UNYIL sesaat berubah menjadi suasana dramatis. padahal
Janji untuk ketemuan dengan teman – teman kantor harusnya sudah terealisasi 10
menit lalu dan aku sudah ada di Stasiun KRL Universitas Indonesia. Hal ini
membuatku belingsatan untuk prepare apa yang harus di butuhkan. Ketemuan dengan
teman – teman kantor kali ini bukanlah meeting membahas pekerjaan ataupun
undangan resepsi pernikahan… apalagi pendaftaran mahasiswa baru. Kami memang
sudah berkomitmen untuk bertemu disana untuk bersepeda bersama.
“gawat!!... GAWAT…!!” Sesekali
ngedumel sama diri sendiri karena sudah telat janji. Ku ambil henpon dan
terlihat dalam layar enam kali miskol dari Alip yang sejak setengah jam lalu
berusaha menghubungi, disusul dengan sebuah pesan pendek berbunyi “Dimana
Chuun, kita udah nunggu di stasiun UI” .
Dengan sigap sepeda gunung merk
local bertipe “Broadway 3.0” sudah terangkat dalam genggaman dan bergegas
mengayuh sepeda layaknya tukang somay yang berkolaborasi dengan gaya Valentino
Rossi.. *ngga kebayang*
[30 menit kemudian]
Berhenti di depan halte
celingukan bingung mau kemana, maklum ini adalah kali pertama aku mengunjungi
UI untuk sengaja bersepeda, dengan kacamata safety dan sepatu kets ditambah
aksesori botol air mineral yang berisi tinggal 1/3 botol menghiasi tas yang di
selempang menyilang di bahu dan peluh yang membasahi sekujur tubuh efek dari jarang
olahraga menyebabkan tubuh kaget menerima stimulasi gerakan yang terus menerus
lebih dari 1 menit. Bak seorang tukang kredit tempo doeloe yang dikombinasikan
gaya penjaja somay dengan performa masa kini ku ambil henpon dan kirim pesan
singkat sambil bergaya, seolah – olah tidak mendengar panggilan Alip yang 30
menit lalu sudah sibuk absen siapa saja yang akan hadir.
“ada dimana bro? sori tadi
ngga kedengeran telpon, lagi otw… cepat bales gue di halte poltek “
[sesaat tanda SMS balasan] “elo
niiih udah telat nyasar pula, Tanya aja hutan UI dimana, buruan ditungguin sama
yang lain, gapake LAMA!!”
Hwaaa…. Pesan singkat yang
berarti sangat dalam… “SUDAH TELAT, NYASAR PULA” perlu di garis bawahi dan cetak tebal. Memang
begitu kenyataan pahit yang harus diambil. Tenyata memang yang lain sudah ada
di lokasi sejak lama. Ngga apalah yang penting bisa hadir kali ini.maklum
penjajakan sepeda baru dengan tayangan perdana. Sudah sampai UI sadja itu merupakan
suatu predikat hebat yang belum tentu semua orang bisa menyandangnya… [biar
narsis asal eksis] *halah, apa coba*
Dari kejauhan terlihat sosok
gempal berhelm catok ala bikers dengan sepeda hitam senyum – senyum ngga jelas…
yak!! Itu Alip yang sejak tadi berkomunikasi denganku via sms. Dia memang sudah
sering kemari dan juga merupakan member tetap di UI. Kalo boleh di umpamakan,
ibarat kataaaa…. jin UI aja sudah jadi sohib dan tunduk, saking lama nya dia
main sepeda di sini. Padahal rumahnya itu ada di sekitar poltangan, pasar
minggu. Ngga kebayang jauhnya, tapi katanya jarak segitu biasa saja. Wew!! Dua
jempol teracung dengan manis kala ia menjelaskan perjalanannya menuju ke UI.
***
Waktunya mengelilingi hutan UI,
aku bertanya pada Alip yang biasa main di sini…
“gimana aturan mainnya bro? cape ngga?”
“Lo ikutin aja, deket koq … paling cuman 15 menit selesai”
Halaaah… gampang kalo gitu, dalam
hati sesumbar karena ku pikir semuanya bisa di pelajari ilmunya. Dengan
persiapan kekuatan jantung yang seadanya aku berusaha untuk menyesuaikan diri
dengan mereka yang sudah seperti pemain professional. Sementara keliatan banget
aku yang dengan datang santai karena hanya sebatas bermain sepeda dan
mengeluarkan keringat setelah itu kembali pulang kerumah dan menikmati sepiring
mie goreng buatan istri tercinta yang baru saja di request bersama dengan
terkirimnya pesan singkat di BB.
Singkat cerita jalan yang ku
lalui tidak sesuai dengan yang ku bayangkan tadi, entah apakah Alip sedang
meng- OSPEK pemain baru atau aku yang baru main sepeda.. dalam hati ngedumel
sendiri membandingkan kenyataan yang tidak sesuai harapan. Rute jalannya sangat
tidak nyaman, belokan mendadak, sementara ranting-ranting yang bertabrakan
dengan kulit hingga sesekali menggores dan membuat luka baru. Belum lagi nafas
yang terengah – engah seperti di kejar malaikat maut. Hwaaaaa!!! KAPOOOOK!!!
Ini seperti ngeliat event motocross di tiviiii… Cuma bedanya ngga ada mesin dan
knalpotnya di mulut.. HOHhh….HOHhhh..Hohhhh… *ngos-ngosan*
Nafas yang tersisa mirip fenomena
serangan jantung mendadak. Jantung berdegup kencang seperti mau copot dari dan
dengan sisa tenaga kupaksa kayuh hingga ketemu titik terakhir. Sementara aku
sudah tertinggal jauh di belakang Alip dan satu teman lagi yang mendampingiku.
Kupaksa lagi mengayuh sepeda kemudian kaki ini seolah kaku kemudian berhenti
dan menjatuhkan sepedaku semau-maunya. Pertanda sudah tidak kuat lagi
menggenggam sepeda yang ku bawa.
Hahhh..hahhhh..hoh..hohhh…hohhhh…
suara nafas sudah ngga jelas dengan volume kencang dan desah yang kian stereo,
kemudian Alip kembali menyisir mundur jalannya dan menemukan aku tergeletak
lemas tak berdaya
“kenape lo Chuuun?” senyumnya
lepas bersamaan dengan deru nafas seperti mengolok – olok ketidak berdayaanku.
“CAPPHEEEK!!
(..hohhh…hohhh..hohhhh..)” mataku mulai berkunang – kunang melihat wajah
Alip seolah berbadan dua puluh tiga, rasanya sudah mau pingsan aku kali ini.
Sementara untuk membuka mata saja sudah tidak mampu. Ironisnya di tempat aku
berhenti tidak ada yang berjualan air atau minuman kaleng. “Yaaa iyyyalaaaah”….
Ngga mungkin juga mereka jualan di track sepeda. Itu hanya pemikiran bodohku
saja yang manja semua mau di peroleh dengan instan.
***
Hehehe… itulah pengalaman pertama
bersepeda yang begitu membuat tertawa malu sendiri karena ketidak tahuan serta
keinginan yang begitu tinggi untuk mencoba. Malah berbuah kepayahan yang
berkelanjutan. Dan apa yang terjadi setelah keluar dari track hutan UI kemudian
pulang kerumah????
Inilah kenyataannya… :
ü setelah
ku hitung dan membedakan perjalanan berangkat di awal, ternyata aku sudah
berhenti sebanyak 11 kali dari mulai UI sampai kerumah… hmmm.. jaraknya kalo
dihitung sekitar enam kilometer.
ü Menghabiskan
6 botol Air Mineral isi 600 ml.
ü Menghabiskan
waktu sebanyak 15-20 menit setiap kali berhenti istirahat.
ü Pegal
– pegal yang berkelanjutan di sekitar selangkangan, dan mengembalikan dalam
keadaan normal hingga 3 hari lamanya.
Sejak saat itu undangan bersepeda
terus berdatangan, dan aku menyanggupinya. Meski apapun terjadi sepeda terus ku
kayuh dan tak berhenti hingga disitu. Sebuah kenikmatan ketika kita bisa berada
di garis finish dan menyelesaikan tantangan demi tantangan.
Down hillers Sebelum start di Cikole, Bandung |
Down Hillers di Puncak |
Memang ngga bisa di bayangkan
dengan kata – kata, hanya bisa di nikmati tanpa kata – kata hingga aku bisa
membayangkan betapa penggila sepeda ini memiliki “ketagihan” yang begitu hebat.
Dan hanya orang – orang yang memiliki kecintaan saja yang bisa merasakan betapa
olahraga ini begitu nikmat terasa.
Tapi aku tidak membahas lebih
dalam tentang kegilaan bersepeda, dengan adanya peristiwa bersepeda yang
membuatku nyaris kehabisan nafas justru malah menorehkan hikmah tentang
bagaimana cara yang bijak menyikapi hidup.
Dan ini lah hikmah tentang
kehidupan yang bisa ku petik dari fenomena bersepeda :
ü
HIDUP itu seperti berSEPEDA, Jalani saja sepeda
itu dengan kekuatan yang dimiliki, jangan memaksakan diri untuk meraih apa yang
tidak dapat di capai. Ketika kita punya niat dan terus menjalaninya dengan
segenap kekuatan yang di miliki,
kemudian menyelaraskan diri antara niat dan usaha, maka ALLAH yang akan
memudahkan kita untuk mencapai tujuan. Karena kita tidak bertanggung jawab
terhadap masalah yang ditemui, melainkan hanya di minta BERUSAHA, selebihnya
biarkan DIA yang menilai upaya kita dalam menjalaninya.
ü
HIDUP itu harus SEIMBANG : layaknya bersepeda,
antara mengayuh pedal dengan menjaga keseimbangan tubuh haruslah terjaga, jika
tidak di lakukan, maka tidak menutup kemungkinan kita akan terjatuh. Sering
kali pemaksaan keadaan terjadi hingga akhirnya tubuh terbelit dengan masalah
sendiri, padahal andai saja kita focus dengan tujuan dan menikmati setiap detik
waktu berjalan maka perjalanan yang jauh akan terasa dekat.
ü
Jalani hidup dan jadilah diri sendiri : kita
ngga perlu mengejar apa yang telah di capai orang lain, cukup menjadi diri
sendiri, mengukur kemampuan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk berjalan
mencapai tujuan adalah sangat bijak. Karena hanya kita yang tau kapan waktunya
berjalan, kapan saatnya beristirahat. Yang perlu kita miliki adalah TARGET,
NIAT, IKHTIAR, dan semuanya disempurnakan sambil berjalan.
No comments:
Post a Comment
" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "