Gambar di ambil dari SINI |
7 tahun 8 bulan usia
pernikahanku...banyak sudah cerita yang terlewati. Mulai dari Fase Adaptasi,
sebuah tahap dimana kami harus berargumentasi membenturkan dua pendapat yang
saling berbeda dan ingin saling mendominansi, berjuang mencari ketenangan dan
celah yang di perjuangkan untuk satu kata “MENANG” dalam pertempuran keyakinan
yang sama-sama di pegang... hingga akhirnya kami sadar bahwa bukan rumah tangga
seperti ini yang kami inginkan berada di dalamnya.
Kesadaran itu muncul ketika ALLAH
memberikan ujian dimana kami harus terpisah dan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik walaupun pada saat itu ada banyak peluang bagi kami untuk bertatap
muka dan bertemu barang sebentar saja. Ternyata kami saling membutuhkan satu
sama lain.. ternyata anak-anak lebih membutuhkan kami orang tua yang bisa
membimbing dan menemani masa kecilnya ketimbang menjadikan mereka korban
angkuhnya ego orang tua. Ternyata kami harus bertanggung jawab penuh atas
kebahagiaan mereka yang masih menganggap bahwa rejekinya datang dari orang tua
yang kini sedang bertengkar hebat. Dan
ternyata....KAMI lah kunci dan jembatan penghubung untuk setiap masa yang akan mereka
lalui, masa di mana ia akan menjadi seperti apa mereka kelak akan menjadi...
Singkat cerita, kami menyadari
bahwa kini harus memberikan banyak sekali ruang untuk kami berdua dalam mengenal
satu dan lainnya. Karena pernikahan bukanlah menikahkan antara aku dan wanita
yang ku nikahi saja, bukan tentang cintaku dan cintanya saja, bukan hanya menyatukan
hatiku dan hati wanita yang aku dampingi saja. Bukan tentang menjalani hidupku
bersama wanita yang aku berikrar untuk berbahagia dengannya (saja), bukan
tentang menyatukan dua pendapat yang berbeda juga bukan tentang membeda-bedakan
dua keyakinan yang sudah jelas berbeda...bukan...bukan... bukan tentang itu
semua.
MENIKAH adalah menyatukan hatiku dan hati kelurganya,
menyatukan hati keluarganya dengan keluargaku, menikah adalah mencintai apa
yang di cintainya dan apa yang ku cintai, menikah adalah menjalani hidup berdua
dengan suka dan membuang duka bersama, menikah adalah mengurus dan memenuhi
kebutuhannya dan apa yang ku butuhkan. Menikah adalah menyelaraskan dua
perbedaan, menjalaninya bersama hingga mencapai satu tujuan yang di namakan
BAHAGIA. Sulitkah itu semua??.. Terlepas dari mudah dan sulitnya adalah
bagaimana cara kita menjalani dan menyikapi masalah yang datang bertubi-tubi
dan silih berganti.
Komitmen dan saling introspeksi
adalah kunci menjalani kehidupan ini bersama pasangan kita. Karena bagaimanapun
masa depan yang akan kita raih adalah bermula dari cita-cita yang kita inginkan
serta usaha yang kita upayakan. Karena tidak ada Pelaut yang hebat tercipta
dari gelombang lautan yang tenang. Seperti itulah adanya rumah tangga...
mengarungi bahtera rumah tangga yang tenang butuh proses yang panjang. Dan
berumah tangga bukan akhir dari perjalanan cinta, melainkan awal dari realisasi
cita-cita berikutnya .
Dan untuk wanita yang ku
nikahi... ketahuilah bahwa dalam setiap waktu engkau adalah bagian dari
pencapaian masa depanku dan anak-anak kita. Aku tidak dapat menjalani hidup ini
sendiri, mendidik dan membesarkan buah hati kita tanpamu. Karena kita adalah
satu kesatuan... ketika muncul perbedaan, dan engkau mendapati aku mulai
menyimpang dari koridor cita-cita kita... mohon ingatkan aku, sabarlah sebentar
saat aku tidak mengindahkanmu. Bukan berarti aku acuh...tapi inilah laki-laki
yang hanya bisa fokus dengan aktifitasnya saat waktu sedang berjalan.
Dan kini.... kita sedang berada dalam
kendaraan yang bernama RUMAH TANGGA, aku sebagai pengemudi dan engkau
kondekturnya. Sementara aku hanya bisa fokus dengan masa depan, yang sesekali
menengok spion “masa lalu”, tapi tanggung jawabku begitu besar, karena
keselamatan seluruh penumpang ada bersama konsentrasiku. Sementara engkau
bertugas mengingatkan batasan sampai di mana posisi perjalanan kita, meneriakan
dan mengulang tujuan kita, dengan fitrah “multi tasking” yang dapat bertugas
menghampiri penumpang yang juga berada dalam kendaraan kita. Dan ingatlah...kita
sedang “kejar setoran” untuk menjadi keluarga SAMARA. Jadi mohon bantu aku
untuk mencapai tujuan kita... yang dengan tujuan itu kita capai bersama karena ALLAH semata,
semoga IA memudahkan apa yang menjadi harapan kita untuk generasi berikutnya,
sekaligus menjadikan anak sebagai investasi kita jangka panjang.. biarlah kita hanya menjadi juru mudi
dan kondektur yang mengantarkan buah hati kita kepada tujuannya, berharap
padaNYA... Biarlah anak-anak kita yang kelak akan memasangkan mahkota emas nun
jauh disana dalam kehidupan yang kekal tak berkesudahan.
oo000oo
No comments:
Post a Comment
" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "