Menjadi ayah ibu adalah jabatan istimewa dan tak tergantikan. Mengasuh putera-puteri adalah tugas
paling mulia dan tak ternilai.Betapa tidak, kita baru menyadari arti menjadi
orang tua setelah bisa mengasuh putera-puteri kita tanpa perwalian. Aseliii…!!!
Rasanya tuh #Sesuatu banget :P
Sehebat apapun pekerjaan
kita dan komponen jabatannya, belum sempurna tugas kita saat kita tidak bisa
meluangkan waktu buat anak-anak, sebesar apapun penghasilan kita dengan segala
pernak-pernik kemewahan yang sudah kita hasilkan dengan keringat, belum cukup
kaya kita jika masih memiskinkan perhatian bagi anak-anak.
Katanya cari duit
banting tulang semua buat anak, nyatanya... saat anak menagih minta kesempatan
untuk bermain dan bercanda sejenak dengan mereka di ruang keluarga, kita malah
asyik di depan gadget dengan alasan lagi sibuk ngurus pekerjaan kantor. Katanya
sibuk kerja meeting sana rapat sini buat keluarga, tapi nyatanya... waktu
keluarga ngajak makan malem bareng di rumah, ternyata masih belum pulang kerja
juga.., alasannya "Ayah Ibu kan sibuk kerja buat nyenengin kalian"...
padahal lagi ketakutan kalo besok ditanya komandan ternyata kerjaan belum
beres.
Terus...dimana letak
cari duit buat anak, sibuk kerja buat keluarga?? Coba deh di kaji ulang
pernyataannya... :)
Sebagai orang tua kita
sering kali menomor satukan pekerjaan alih-alih untuk memberikan penghidupan
layak bagi anak. Merasa rejeki yang baik adalah ketika anak sudah terpenuhi
kebutuhan materialnya. Merasa bersalah jika anak ngga bisa jajan sehari saja.
Tapi tidak merasa prihatin jika anak kurang mendapat perhatian dari orang tua.
Merasa hebat jika anak bisa sekolah tinggi dan mahal, tapi ngga merasa terjadi
apa-apa ketika anak tidak di berikan pendidikan agama yang kuat, asal tau huruf
hijaiyah..semua cukup sudah. Selebihnya biarlah Allah yang menuntun hidayah itu
kepadanya.
Kalo dulu baca Koran
lebih mulia dari pada baca Qur’an, maka sekarang Scrolling dan surfing di dunia
maya jauh lebih bermakna ketimbang dzikrillah. Sampai-sampai menyusui anak
menjadi nomer terakhir, yang penting adalah balasin personal message yang masuk
dulu.. [#sesuatu]
Suatu ketika aku pernah
mendapati artikel yang sebenarnya sudah usang, tapi masih saja menarik perhatianku. Judulnya yang menggelitik
membuat decakan kagum sekaligus setengah rasa ngga percaya mendapati Seorang
direktur berpenghasilan 99 Milyar perbulan rela mengorbankan jabatannya demi
menemani hari-hari nya bersama anak, sebagai penebusan dosa untuk kesalahan
yang sudah ia lakukan karena telah melewati waktu anak yang paling berharga.
Dan akupun mempertanyakan, kalau dia
bisa, kenapa aku tidak? Bukan terlalu lebay untuk mengakui bahwa merekalah
[anak-anak] yang di namakan INVESTASI sebenarnya. Betapa tidak…. Sebagai orang
tua, kita kerap kali menganggap anak sebagai harta yang paling berharga dan tak
ternilai. Kita rela menukarkan mobil, rumah, atau harta terbaik sekalipun demi
kehamilan anak pertama ketika istri belum juga hamil padahal usia pernikahan
sudah masuk 7 tahun. Kita rela minum obat apapun asal bisa hamil… lalu setelah
harapan itu ada dan ALLAH mengabulkan cita-cita kita…lantas apa yang akan kita
lakukan setelahnya??
Dan ketika kita tidak dapat
merencanakan dan mengarahkan masa depan anak-anak kita, maka sesungguhnya kita
sudah menjadi investor yang gagal untuk masa depan kita sendiri. Karena
sejatinya, sehebat apapun kita hari ini sebagai manusia, bukanlah seorang yang
hebat ketika tidak bisa memimpin sebuah keluarga hingga menjadi insan yang
bertakwa dan patuh terhadap aturan agama.
Percaya atau tidak, semua di
kembalikan kepada pribadi masing-masing… Postingan ini aku tulis tidak untuk
mencari perbandingan tentang siapa orang tua yang baik, apalagi hanya sekedar membuat pencitraan diri supaya keliatan elegan di mata rakyat #Endonesah, karena sejatinya ini
hanya sebagai tulisan buat mengingatkanku akan tujuan menikah dan motivasi agar aku menjadi figur ayah yang lebih baik
lagi bagi anak-anak. Jika belum sampai kesana dan jauh dari ekspektasi maafkanlah, karena "saya mah apa atuh" cuma seseorang yang sedang belajar... dan belajar itu tiada kata "Terlambat" hingga ALLAH mengangkat kemampuanku untuk berhenti mempelajari arti hidup dan mata tertutup.
Dan Sahabat...inilah cerita tentang aku, kamu, dia, mereka, kita semua J
Dan Sahabat...inilah cerita tentang aku, kamu, dia, mereka, kita semua J
No comments:
Post a Comment
" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "