Mengedukasi seks untuk anak tidak harus
berbicara vulgar, apalagi ketika kita memberikan pelajaran tersebut dari sebuah
kisah yang memang benar adanya… bukan mitos, bukan legenda, atau hanya sekedar
dongeng yang ujung-ujungnya akan menimbulkan banyak pertanyaan dari anak,
karena begitu mereka menginterupsi dengan beraneka pertanyaan, itulah pertanda
mereka tertarik dengan apa yang dipaparkan. Lalu masihkah kita terjebak dengan
situasi seperti ini… saat kita sendiri terpojok dengan pertanyaan anak yang tak
pernah disangka-sangka. Mereka terlihat pintar sementara kita jadi terlihat bak
orang yang kehilangan buku pintar.
Sejak awal aku memang memberikan pemahaman
terhadap anak laki-laki dan perempuanku mengenai anatomi tubuh, termasuk bagian
alat vital yang tetanggaku bahkan guru mereka di sekolah saja kaget begitu
fasihnya Afif dan Aqila menyebut alat vital menggunakan istilah biologi. Karena
biasanya diusia seperti mereka 4-7 tahun orang tua lebih memilih nama lain yang
kebanyakan orang pakai. Seperti laki-laki di ganti dengan kata [maaf] “burung”
dan perempuan biasa di sebut “itunya” atau “anunya”, alasannya sederhana… “supaya ngga saru”. Tapi kembali
lagi…pilihan tersebut adalah hak masing-masing orang tua untuk mengedukasi
putera dan puterinya. Yang jelas ketika kita belum optimal memberikan
pendidikan seks pada anak sejak dini. Boleh jadi hal ini menjadi salah satu
penyebab semakin banyak anak-anak dengan mudahnya menjadi target bagi pelaku
yang memiliki perilaku seks menyimpang. Bahkan mungkin ini lah penyebab makin
maraknya pergaulan bebas, karena sejak kecil mereka mengetahui alat kelamin itu
seperti burung yang boleh hinggap di manapun mereka suka, sementara sang wanita
ngga berani dengan lantang menolak karena sejak kecil taunya “anu…itu..anu…” ah…
keburu “menclok” burungnya!.
Maraknya kasus kekerasan pada anak, hingga
kasus perilaku penyimpangan seksual yang terjadi akhir-akhir ini semakin
membuatku merasa perlu menambah wawasan putera-puteriku setidaknya sebagai
pengetahuan dasar bagi mereka. Tapi bagaimana caranya??? Berjuta cara membuatku
berpikir keras untuk mencari tahu tentang cara apa yang pas untuk
menyampaikannya. Hingga pada akhirnya aku menemukan cara yang indah untuk
menyampaikan hal yang di anggap tabu bagi kebanyakan orang dengan cara yang halus
tapi tidak terkesan mendoktrin… yaitu melalui cara… BERKISAH.
Loh…kenapa harus berkisah? Karena dengan
berkisah kita dapat melakukan komunikasi dua arah, mereka ngga Cuma sekedar
mendengarkan, tapi juga bertanya. Ngga Cuma di kasih pokok masalah, tapi juga
memperdalam topik pembicaraan. Ikatan emosional
antara anak dan orang tuanya juga semakin kuat. Sebagian besar anak punya rasa
keingin tahuan yang besar, jadi sebaiknya rasa keingintahuan itu terjawab dari
orang yang mereka sayang. Sementara mendengarkan kisah adalah sesuatu yang di
sukai kebanyakan orang, tak peduli tua ataupun muda. Ah…itu kan kata kamu?
Loh.. ngga percaya? Coba lihat stasiun tivi yang kini terlihat begitu menjamur
acara-acara ghibah? Padahal secara tidak sadar kita sedang dikisahkan tentang
riwayat hidup seseorang dengan cara yang salah. Hanya mengejar supaya rating
stasiun tivi tinggi dan mendapatkan tempat di masyarakat. Coba lihat antusiasme
nya? Yang tua, yang muda ngga peduli usia begitu senang mendengarkannya, ngga
mau ketinggalan melihatnya, seperti dipertontonkan kisah idola mereka dari sisi
lainnya. Ironinya kebanyakan berita yang di suguhkan adalah hal negative dan secara
sadar atau tidak… dicontoh pula oleh para penggemarnya…
Oke, stop…stop…!! kembali lagi ke tema bagaimana
cara memberikan pendidikan seks anak dari kisah Nabi Luth AS. Baru ku temukan
caranya kemarin, ditengah pembicaraan anak dan orang tua yang begitu hangat,
saat sarapan pagi tetiba terselip di pikiranku untuk menyampaikan synopsis
mengenai kisah Nabi Luth AS. Dimana ketika itu ada penduduk negeri Sodom yang
begitu banyak diberikan kenikmatan oleh Allah SWT namun tidak mensyukurinya,
hingga yang sangat disesalkan ketika para penduduk negeri itu menyukai sesama
jenis, di luar fitrah manusia yang telah di ciptakan Allah…
Begitu mereka mencermati kisah Nabi Luth AS
hingga menganga-menganga dan akhirnya ku potong pembicaraan, dan melanjutkan kepada
mereka nanti malam. Waktupun berlalu… mentari tenggelam tanda hari menjelang
malam. Selepas shalat maghrib anak-anak menagih janjiku untuk berkisah. Hingga
cerita selesai, banyak pertanyaan yang terlontar kepada ku, sampai akhirnya
kami memetik hikmah dari sabda Rasulullah SAW kenapa Islam mengajurkan untuk
memisahkan tidur antara anak lelaki dan perempuan, kenapa juga harus di pisah
tidur antara anak sesama jenis meski tidur seruangan, mengapa anak mulai usia 7
tahun diminta menunaikan shalat, apa yang terjadi jika hal itu tidak di segerakan.
Yaaah… semua adalah proses pembelajaran, pembelajaran untukku dan pembelajaran
untuk mereka. Bahkan aku harus berlari menemukan jawaban, sebelum mereka
berjalan menghampiriku dengan banyak soal yang siap di pertanyakan.
Singkat cerita, apa yang ku lakukan kepada
anak-anak semoga tepat sasaran. Di balik kisah Nabi Luth AS, tersirat pelajaran
berharga yang baru mereka ketahui, sementara di luar sana sudah beredar bebas
para pengikut kaum nabi Luth AS yang sudah bermetamorfosis menjadi kaum
metropolis. Melalui kisah kaum Nabi Luth AS aku memberikan pengetahuan tentang
penciptaan Adam dan Hawa sebagai dua jenis kelamin berbeda yang di ciptakan
Allah SWT yang hidup berpasangan, seperti orang tuanya. Melalui cerita kaum
Sodom, aku memberikan pemahaman tentang bagaimana cara menjaga diri dari
perbuatan yang keji.
Duhai putera-puteriku tercinta… sebagai orang
tua kami hanya bisa berusaha nak, kami
hanya sekedar jembatan yang menghubungkanmu dengan masa depanmu… juga dengan
masa lalu, masa ketika orang – orang terbaik yang di kirim Allah SWT berjibaku memberikan
pemahaman bahwa kita adalah khalifah yang turun ke bumi untuk beribadah di
jalan Allah SWT.
Dan aku…aku akan terus berkisah agar engkau mendapat
banyak hikmah, aku akan lanjutkan berkisah agar engkau dapat jalani hidupmu
dengan mudah, bukan sekedar menjalani hidup untuk berkeluh kesah. karena di
balik kisah …. Ada pelajaran terbaik dari mereka yang di limpahkan Allah SWT.
Berjalanlah nak… berhati-hatilah nak… kita
sudah berada di penghujung zaman, dan boleh jadi engkau adalah sang penakluk
zaman. Ingat Allah SWT nak… apapun yang kau lakukan kelak. Cintaila h sesuatu
karena Allah SWT… jangan kau lakukan hal yang melampaui batas hingga kau tau
apa arti gunung-gunung yang berterbangan seperti kapas.
Kami mencintaimu karena Allah Nak… #KetjupBasah
Depok, 3 Maret 2016|Cerita dari hati,
boleh di baca dengan senang hati | satu lelaki untuk satu istri dan empat buah
hati
Good, memberi inspirasi gmn ngajarin pendidikan seks usia dini. Mengingat jaman skr, pergaulan sangat kacau.
ReplyDeleteBaru2 ada anak sd hamilin anak smp, dan org tua ny sprti gk da beban #luarbiasakacau