Ali Ridho in Memoirs |
Depok, 25 Juli 2013 | 08.30 WIB
Suasana pagi menjelang siang
masih ingin mengajakku untuk bersantai – santai. Maklum ini adalah bulan
Ramadhan Minggu ke-2 1434H ditengah ibadah shaum yang di wajibkan Umat Islam
seluruh dunia. Badan masih tak bertenaga untuk melakukan aktifitas rutin.
Padahal sebenarnya ngga ada yang namanya bermalas – malasan dalam menjalankan
ibadah Ramadhan ini… karena bukan alasan yang tepat jika hal ini menjadikan
kegiatan terhambat. Ah… sudahlah, yang jelas kenyataannya aku memang terlanjur
nyaman dalam kondisi “malas” ini.
…oOOo….
Kemang | 10.15 WIB
Beberapa menit lagi tibalah aku
ketempat tujuan dimana rutinitas berawal. Sejak sepuluh menit lalu henpon di
balik saku bajuku berdering terus menerus, meminta untuk segera di respon dengan
cepat. Nada dering yang memanggi tapi bukan dari kantor, karena sudah ku
bedakan mana gadget untuk urusan kerja, dan mana yang di luar kerja… lalu dari
siapa???, kupikir baiknya minggir
sajalah demi keamanan berkendara sambil merogoh saku dibalik jaket yang terus
bergetar. Ku lihat layar blackberry bututku tercantum nama +wawan winardi,
langsung ku respon panggilannya
“Halo… Yud, udah dengar berita
belon? “
“HAH…apaan? Ngga kedengeraaaan…. Kenapa-kenapa!?
Ga ada yang ngasih kabar dari tadi…”
“Ali Ridho… MENINGGAL!!”
“INNALILLAHI WAINA ILAIHI
ROJI’UUUUN…”
Seketika itu suaraku yang lepas
mengiringi lepasnya tetes demi tetes peluh selama perjalanan menuju kantor yang hingga saat ini
belum juga sampai. ingin rasanya langsung memutar arah tujuan dan membalikkan
waktu barang beberapa menit saja untuk sekedar berpamitan dengan sahabat
karibku semasa jaya putih biru.
Sesosok wajah berhidung mancung
dengan logat sunda asli orang citeureup –nya yang konyol masih terlintas jelas di dalam
memori. Entah sudah berapa kali senyum lebarnya mondar mandir sambil
melambaikan tangan seolah ingin berpamitan untuk kali yang terakhir. Semakin berat
saja langkah ku masuk ke ruang kerja dimana tugas harian sudah menanti disana.
Ah… andai saja tidak ada pekerjaan yang begitu penting untuk di selesaikan hari
ini, mungkin aku akan langsung menghadiri moment terakhir bersamanya sekedar
mengucapkan “selamat jalan brader, jaga diri baik-baik disana” atau bahkan menangisi
jasadnya tanpa sepatah kata telontar dari mulutku… cukup mendo’akan dalam hati
yang hancur berkeping karena terlanjur mewariskan jutaan kisah yang teramat
indah untuk dilupakan.
Teringat beberapa hari sebelum kedatangan
bulan penuh berkah yang di nanti milyaran Umat Muslim seluruh penjuru dunia,
kami beradu kata… biasalah anak itu, meski kami bukan ABG lagi tapi begitu
masuk kedalam grup “putih biru” jiwa anak-anak muncul kembali layaknya masih
berada dalam ruang kelas yang di tinggalkan guru pembimbing. Ah… gaya konyolnya
selalu saja tak berubah, bahasanya yang “tinggi” biasa menghantarkan kami
kepada suasana riuh canda. Hehehe… apapun kata yang keluar dari mulunya tidak
bisa membuatku marah… rindu rasanya untuk “toyor” lagi kepalanya sambil tertawa
lepas. Tapi sudahlah… #waktu tidak bisa terulang kembali.
Sahabat.... WAKTU... kita ngga pernah tau kapan akan sampai pada garis yang di tentukanNYA, semua yang telah dijalani bersama.. susah, senang, cerita hidup, ada kalanya berbagi dan berselisih paham... yang jelas #SELAMANYA kita tetap menjadi #SAHABAT dan tak akan pernah terganti sekalipun ada yang berusaha menyamakanmu.
Beristirahatlah dengan indah dan damai... akan ku rajut kenangan kita bersama dan ku bingkai namamu di relung hati terdalam. Teriring do'a yang menjadi bentuk penghormatan dan penghantar jiwamu kepada ALLAH, semoga DIA membukakan selebar-lebarnya pintu Al-Jannah kepadamu sebagai tempat terakhir...
*Teruntai
salam perpisahan untuk #sahabat Ali Ridho, Wafat Hari Kamis 25 Juli 2013, di RS
Sentra Medika Cibinong
No comments:
Post a Comment
" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "