HALAMAN

22 August, 2015

MAAF ... AKU INI SEDANG BERCERMIN

Menjadi ayah ibu adalah jabatan istimewa dan tak tergantikan. Mengasuh putera-puteri adalah tugas paling mulia dan tak ternilai.Betapa tidak, kita baru menyadari arti menjadi orang tua setelah bisa mengasuh putera-puteri kita tanpa perwalian. Aseliii…!!! Rasanya tuh #Sesuatu banget :P

Sehebat apapun pekerjaan kita dan komponen jabatannya, belum sempurna tugas kita saat kita tidak bisa meluangkan waktu buat anak-anak, sebesar apapun penghasilan kita dengan segala pernak-pernik kemewahan yang sudah kita hasilkan dengan keringat, belum cukup kaya kita jika masih memiskinkan perhatian bagi anak-anak.

Katanya cari duit banting tulang semua buat anak, nyatanya... saat anak menagih minta kesempatan untuk bermain dan bercanda sejenak dengan mereka di ruang keluarga, kita malah asyik di depan gadget dengan alasan lagi sibuk ngurus pekerjaan kantor. Katanya sibuk kerja meeting sana rapat sini buat keluarga, tapi nyatanya... waktu keluarga ngajak makan malem bareng di rumah, ternyata masih belum pulang kerja juga.., alasannya "Ayah Ibu kan sibuk kerja buat nyenengin kalian"... padahal lagi ketakutan kalo besok ditanya komandan ternyata kerjaan belum beres.

Terus...dimana letak cari duit buat anak, sibuk kerja buat keluarga?? Coba deh di kaji ulang pernyataannya... :)

Sebagai orang tua kita sering kali menomor satukan pekerjaan alih-alih untuk memberikan penghidupan layak bagi anak. Merasa rejeki yang baik adalah ketika anak sudah terpenuhi kebutuhan materialnya. Merasa bersalah jika anak ngga bisa jajan sehari saja. Tapi tidak merasa prihatin jika anak kurang mendapat perhatian dari orang tua. Merasa hebat jika anak bisa sekolah tinggi dan mahal, tapi ngga merasa terjadi apa-apa ketika anak tidak di berikan pendidikan agama yang kuat, asal tau huruf hijaiyah..semua cukup sudah. Selebihnya biarlah Allah yang menuntun hidayah itu kepadanya.

Kalo dulu baca Koran lebih mulia dari pada baca Qur’an, maka sekarang Scrolling dan surfing di dunia maya jauh lebih bermakna ketimbang dzikrillah. Sampai-sampai menyusui anak menjadi nomer terakhir, yang penting adalah balasin personal message yang masuk dulu.. [#sesuatu]

Suatu ketika aku pernah mendapati artikel yang sebenarnya sudah usang, tapi masih saja menarik perhatianku. Judulnya yang menggelitik membuat decakan kagum sekaligus setengah rasa ngga percaya mendapati Seorang direktur berpenghasilan 99 Milyar perbulan rela mengorbankan jabatannya demi menemani hari-hari nya bersama anak, sebagai penebusan dosa untuk kesalahan yang sudah ia lakukan karena telah melewati waktu anak yang paling berharga.

Dan akupun mempertanyakan, kalau dia bisa, kenapa aku tidak? Bukan terlalu lebay untuk mengakui bahwa merekalah [anak-anak] yang di namakan INVESTASI sebenarnya. Betapa tidak…. Sebagai orang tua, kita kerap kali menganggap anak sebagai harta yang paling berharga dan tak ternilai. Kita rela menukarkan mobil, rumah, atau harta terbaik sekalipun demi kehamilan anak pertama ketika istri belum juga hamil padahal usia pernikahan sudah masuk 7 tahun. Kita rela minum obat apapun asal bisa hamil… lalu setelah harapan itu ada dan ALLAH mengabulkan cita-cita kita…lantas apa yang akan kita lakukan setelahnya??

Dan ketika kita tidak dapat merencanakan dan mengarahkan masa depan anak-anak kita, maka sesungguhnya kita sudah menjadi investor yang gagal untuk masa depan kita sendiri. Karena sejatinya, sehebat apapun kita hari ini sebagai manusia, bukanlah seorang yang hebat ketika tidak bisa memimpin sebuah keluarga hingga menjadi insan yang bertakwa dan patuh terhadap aturan agama.

Percaya atau tidak, semua di kembalikan kepada pribadi masing-masing… Postingan ini aku tulis tidak untuk mencari perbandingan tentang siapa orang tua yang baik, apalagi hanya sekedar membuat pencitraan diri supaya keliatan elegan di mata rakyat #Endonesah, karena sejatinya ini hanya sebagai tulisan buat mengingatkanku akan tujuan menikah dan motivasi agar aku  menjadi figur ayah yang  lebih baik  lagi bagi anak-anak. Jika belum sampai kesana dan jauh dari ekspektasi maafkanlah, karena "saya mah apa atuh" cuma seseorang yang sedang belajar... dan belajar itu tiada kata "Terlambat" hingga ALLAH mengangkat kemampuanku untuk berhenti mempelajari arti hidup dan mata tertutup.

Dan Sahabat...inilah cerita tentang aku, kamu, dia, mereka, kita semua J      

No comments:

Post a Comment

" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "