HALAMAN

22 December, 2015

BUKU vs GADGET



Buku.... untuk zaman sekarang mungkin mayoritas orang hanya mencibir melihat tingkat kekiniannya di banding keluarga besar gadget seperti telepon selular, tablet, komputer, dan perangkat lunak lainnya yang bisa di tunjang dengan koneksi internet... apalah arti sebuah buku dengan harga selangit...jika dengan bantuan mesin pencari kita langsung bisa browsing, googling, surfing, ke dunia maya cukup mengkonversi pulsa dengan nominal  harga se-iprit  gambar dan ilmu bisa di terima tanpa limit.


Sebagian yang lain akan menyebutkan bahwa zaman sudah bergulir, mungkin dulu buku menjadi idola karena belum ada yang namanya teknologi tingkat tinggi. Mau kasih kabar saja harus pake surat, mulai cari-cari bagian tengah buku yang lembaranya kosong rapi terlipat,  hari ini selesai di buat sampai di penerima sudah hari ke empat. Itupun perjalanan paling cepat, bagaimana kalau mau lebih cepat tapi harga lebih hemat? Ya pake telegram yang nulisnya pakai sandi morse dan baru bisa di konversi ke bahasa yang layak dibaca di hari yang sama tapi selang beberapa jam saja itupun beritanya Cuma muat beberapa kata, mirip sms tempo dulu. Ah...sulitnya cari informasi di zaman itu...


Tapi untuk kali ini maaf, aku tidak sepaham dengan kekata di atas... aku tetap berpendapat bahwa buku adalah jendela ilmu sementara harga merupakan faktor penentu kualitas. Tak akan berharga suatu karya tanpa adanya kualitas, dan tak akan mungkin seseorang bisa menghargai suatu karya tanpa dia bisa memaknai bahwa proses pencarian dan penemuan suatu ilmu adalah menjadi bahan pertimbangan dan penyebab timbulnya penyesuaian harga...ah, kenapa jadi jauh nyeleneh begini topik nya. Oke..oke, kembali ke buku ...


Contoh kecil buku berharga untuk keluarga yang paling pertama kami miliki adalah “MUHAMMAD TELADANKU” yang orang banyak menyingkatnya dengan sebutan ‘MuTe’ [bagi sesiapa yang belum tau buku ini di anggap ngga gaul #eeaaa]. Sudah hampir empat tahun buku ini bersanding di rumah kami sebagai teman pengantar tidur anak. Karena hanya ini buku bacaan favorit anak-anak di antara berbagai buku yang kami punya sebagai ganti dari “kotak hitam” bernama televisi.

Pepatah yang menyebutkan “Tak Kenal Maka Tak Sayang” adalah ungkapan yang tepat. Terkadang kita ingin mencontoh keteladanan Rasulullah tapi secara tidak sadar pengenalan diri terhadap siapa sosok Nabi Muhammad SAW, bagaimana kesehariannya, apa saja aktifitasnya, siapa saja anaknya, bagaimana beliau memperlakukan istri dan anak-anak, apa sebab hingga sahabat dan ummat di zamannya begitu mencintai sosok Muhammad SAW di bandingkan diri sendiri, dan hal lain tentang Rasulullah yang tidak kita ketahui secara mendalam. Akhirnya kita hanya mengetahui sebagian dan menghilangkan sebagian yang lain. Hingga kita mudah terinfeksi pemahaman dari luar yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.


Berkaca dari diri sendiri...Terkadang aku malu mau mengakui sebagai ummat Nabi Muhammad SAW, tapi aku sendiri tidak mengetahui biografinya. Biasanya sih begini... jika kita mengidolakan seseorang, usaha terbaik akan di lakukan untuk mencari informasi tentang idola kita. Nah.. lantas terbersitlah dalam kepalaku sambil cengar-cengir sendiri, “Hei Bung..pernah ngga berpikir jika suatu hari nanti anak-anakmu bertanya seperti ini....:

“Bapak... Nabi Muhammad itu pernah mimpin berapa kali perang?.... trus kata pak guru Nabi Muhammad SAW itu sangat adil kepada istri dan anak-anaknya, emang berapa sih anaknya Pak?”


HHmmm... berapa yah....ah..eh.. sebentar Bapak liat internet dulu


“Bapaaak... sahabat nabi itu ada berapa sih?”


“Naah yang ini aku tau niiiih.... Sahabat Rasulullah itu Ada 4 sayang...”


“Bapaaak... koq dikit amat, emangnya Nabi ngga gaul yah dulu? Sahabatku aja banyak... “” #NahLOh


Trus... aku mesti gimana???? Cari di internet? Tanya mbah gugel gituh? Plis deh #tepokJidat


Naaah... itulah salah satu penyebab terbelilah buku [MuTe] ini J


Bukan berarti buku itu aman 100% dari infeksi paham menyesatkan, tapi setidaknya informasi yang kita dapatkan dari buku memiliki nilai pertanggung jawaban yang tinggi, punya badan sensor yang jelas, hingga jika terjadi kekeliruan dalam penyampaian informasi dapat dengan mudah di revisi dan ditindak lanjuti. Bagaimana informasi yang kita dapat dengan cara yang mudah melalui internet??? Eeehhhmmm.... sepertinya aku ngga bisa mengomentari lebih jauh, karena mungkin sudah banyak yang mengalaminya #Eaaa. 


Loh...media elektronik gimana tivi misalkan banyak juga koq informasi yang jelas dan siaran bagus!?.. Bagus buat kita belum tentu bagus buat anak-anak kita J. Untuk penjelasanku yang ini harap di maklumi, Mohon jangan menganggap ku sebagai orang yang anti teknologi dan lebih memilih ngga punya tivi, tapi seiring dengan banyaknya tayangan di stasiun tivi yang semakin langka untuk di konsumsi oleh anak-anak maka aku dan istri mengambil keputusan untuk menyingkirkan televisi di rumah dan memasukannya ke dalam gudang di pojok dapur dekat ruang masak dan cuci. 

Faktor penyebab hingga akhirnya kami memilih buku MUHAMMAD TELADANKU sebagai pengganti tivi di mana benda ini merupakan perangkat lunak pilihan nomor satu.. antara lain adalah, yang pertama tivi sudah masuk kedalam kotaknya dan kami butuh pengalih perhatian untuk aktifitas anak-anak. Kedua, sebagai orang tua...aku butuh aikon idola yang bisa di teladani bagi anak-anakku di kemudian hari. Ketiga, buku ini adalah salah satu yang bisa kami beli dengan harga mencicil... [qiqiqiqi]. Maklum lah sebagai orang tua pembelajar, aku sangat minim pengetahuan dan sarat akan keingin tahuan, tapi dengan tidak meninggalkan tujuan, perlu juga menyiasati kebutuhan ekonomi alih-alih efisiensi supaya dapur tetap ngebul tapi mendidik anak tetap menjadi yang utama dalam tujuan.

Dan Sahabat...inilah cerita tentang aku, kamu, dia, mereka, kita semua



Depok, 21 Desember 2015| Di tulis dengan hati, Boleh di baca sesuka hati


No comments:

Post a Comment

" Berikan Komentar Anda Untuk Postingan Ini "